Profosal Penelitian Tindakan Kelas, Kemampuan Menulis Pidato Berbahasa Bali

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PIDATO
BERBAHASA BALI  SISWA KELAS X AK 1
SMK TEKNOLOGI WIRA BHAKTI DENPASAR 
TAHUN PELAJARAN 2018/2019





Oleh :

I MADE SARTAWAN, S.Pd










DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BALI
TAHUN 2018




 BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembelajaran bahasa merupakan suatu kegiatan yang memberikan penekanan kearah keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yang disajikan meliputi empat keterampilan, seperti dinyatakan oleh Tarigan (1990 : 1) yaitu, “1) keterampilan menyimak; 2) keterampilan berbicara; 3) keterampilan membaca; 4) dan keterampilan menulis”.
Keempat keterampilan berbahasa di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, satu sama lain saling mendukung, artinya keterampilan yang satu bergantung kepada keterampilan lainnya. Khususnya keterampilan menulis sebagai sarana menemukan sesuatu, memunculkan ide baru, kemampuan mengorganisasikan dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimilki, membantu untuk menyerap dan memproses informasi, memungkinkan berlatih memecahkan beberapa masalah, dan mengungkapkan diri untuk menjadi aktif dan tidak hanya sebagai penerima informasi (Haiston dalam Darmadi, 1996:3).
Menulis banyak jenisnya. Jenis-jenis menulis dikemukakan oleh Supriadi (1996 : 256-264) sebagai berikut : Menulis permulaan (huruf kecil), menulis permulaan (huruf besar pada awal kalimat), menulis ejaan, menulis prosa, menulis surat, menulis formulir, menulis paragraph, menulis judul karangan dan kerangka karangan, menulis karangan puisi, menulis laporan, menulis telegram, menulis naskah pidato, dan menulis iklan. Dari kutipan di atas, terlihat bahwa menulis teks pidato merupakan salah satu bagian dari pembelajaran menulis yang harus diperhatikan. Dikatakan demikian, karena pada hakikatnya menulis teks pidato merupakan suatu keterampilan yang diperlukan siswa agar mereka memiliki kemampuan menyampaikan ide, pendapat, dan gagasannya dalam bahasa tertulis.
Khususnya menulis teks pidato berbahasa Bali merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang produktif, yang dipelajari siswa dalam pelajaran bahasa Bali, yaitu keterampilan seseorang untuk mengungkapkan atau mengekspresikan ide, gagasan, pendapat, keyakinan, keinginan, maupun harapan penulis kepada pembaca melalui bahasa tulis. Gagasan penulis hanya dapat dijelaskan oleh apa-apa yang tertera dalam tulisan tersebut. Penulis tidak dapat membantu menjelaskan dengan mimik, isyarat, roman muka maupun gerak anggota tubuh lainnya. Seorang penulis teks pidato harus mampu menggunakan bahasa tulis secara jelas, singkat, padat sesuai norma-norma/kaidah-kaidah bahasa tersebut. Hal ini dilakukan agar ide, gagasan, pendapat, harapan maupun keinginan penulis dapat diterima dengan baik oleh pembaca.
Berdasarkan Kurikulum 2013, pembelajaran menulis teks pidato menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa SMA,SMK/MA secara maksimal. Oleh karena itu peran guru dan siswa sangat besar selama proses pembelajaran menulis teks pidato. Guru dituntut dapat menggunakan strategi dan media pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan menulis teks pidato. 
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada studi pendahuluan di SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar, diketahui bahwa strategi dan media yang digunakan dalam menulis teks pidato masih konvensional atau pembelajaran yang lebih banyak didominasi oleh guru dan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang wajib diingat dan dihafal oleh siswa. Kondisi seperti ini menyebabkan kegiatan belajar siswa tidak aktif dan hasil belajar siswa belum maksimal. 
Selain itu, siswa juga mengalami kendala dalam menulis teks pidato. Kendala yang dialami siswa dalam menulis teks pidato adalah (1) kurangnya konsentrasi siswa dalam mendengarkan penjelasan dari guru, (2) siswa kesulitan menulis pidato sesuai dengan unsur-unsur teks pidato yaitu pembuka, isi, dan penutup, (3) menulis teks pidato dengan memperhatikan ejaan yang benar. 
Hambatan ini muncul karena media yang digunakan dalam pembelajaran kurang menarik sehingga mengakibatkan suasana pembelajaran yang membosankan dan kurang menarik konsentrasi siswa sehingga hasil yang dicapai dalam pembelajaran kurang maksimal. Melihat kenyataan-kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul "Meningkatkan Kemampuan Menulis Pidato Berbahasa Bali  Siswa Kelas X AK 1 SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar Denpasar Tahun Pelajaran 2018/2019".


Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah 
Meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali siswa kelas X AK1 SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar Tahun Pelajaran 2018/2019 ?

Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang kita lakukan sudah tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu:

Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kemampuan menulis Pidato berbahasa Bali dalam upaya membina serta mengembangkan bahasa dan sastra Bali.
Untuk memberikan informasi nyata berupa data kepada guru bahasa Bali dalam usaha memberdayakan mutu kegiatan belajar mengajar bahasa dan satra Bali.
Untuk turut serta mengembangkan buah pikir dalam rangka pembinaan dan pengembangan bahasa Bali khususnya tentang menulis  pidato berbahasa Bali.

Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini yaitu: 
Untuk mengetahui kemampuan menulis pidato berbahasa Bali  siswa kelas X AK 1 SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar Tahun Pelajaran 2018/2019.




Manfaat Penelitian 
Suatu penelitian harus memiliki manfaat yang jelas, oleh karena itu sebelum penelitian dimulai, maka perlu membuat rumusan manfaat/kegunaan yang nantinya dapat diberikan pedoman yang jelas dalam langkah-langkah yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat yaitu:
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang aspek kebahasaan khususnya dalam bidang menulis pidato berbahasa Bali yang diterapkan di sekolah.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana kepustakaan dalam pengajaran bahasa Bali khususnya dalam bidang menulis.
Penelitian ini dapat dijadikan bacaan tambahan dalam pengajaran bahasa Bali.

Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis pidato berbahasa Bali.
Diharapkan dapat menambah wawasan penulis dalam keterampilan berbahasa, khususnya menulis pidato berbahasa Bali.


Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup masalah yang dimaksud adalah untuk menjelaskan dan menjabarkan ruang lingkup penelitian yang akan dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengetahui lebih jelas tentang masalah kemampuan menulis pidato berbahasa Bali. Agar pembahasan ini tidak melebar, maka Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada : kemampuan menulis pidato berbahasa Bali siswa kelas X AK 1 SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar, yang mencakup kesesuaian isi pidato dengan judul, penggunaan kalimat, diksi dan ejaan.















  BAB II
KONSEP DAN LANDASAN TEORI


Pada bab II dibahas mengenai konsep, landasan teori, dan tinjauan kurikulum. Untuk pemahaman yang lebih jelas, berikut dijelaskan tentang hal-hal tersebut di atas : 
Konsep 
Konsep merupakan kerangka yang berhubunngan dengan judul dan permasalahan yang akan diteliti. Konsep dimaksudkan untuk menjelaskan makna dan maksud dalam teori tersebut (Mardalis, 2004: 45). Hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca memahami masalah serta h asil dari sebuah penelitian. konsep yang akan dijelaskan adalah konsep tentang kemampuan menulis pidato berbahasa Bali :
Kemampuan 
Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya sanggup, kekuatan melakukan sesuatu (Depdiknas, 2001:29) dan mendapat imbuhan ke - an menjadi kemampuan, jadi kemampuan adalah kesanggupan dan kekuatan untuk melakukan sesuatu. Kesanggupan adalah kecakapan; kekuatan; kekayaan.
Pengertian Menulis
Menulis merupakan perwujudan bentuk komunikasi secara tidak langsung, tidak langsung bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Memang pada kenyataannya menulis merupakan keterampilan yang dapat dikatakan lebih sulit dari pada keterampilan berbahasa yang lain. Dalam proses menulis, dituntut agar memperhatikan struktur yang berkaitan dengan unsur-unsur tulisan agar pembaca dapat memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Penulis harus benar-benar menggunakan atau memakai struktur sebuah tulisan seperti kata, kalimat, paragraf, dan lain-lain dengan baik.
Menurut Akhadiah, S. dkk. (1998:1), menulis merupakan suatu proses, yaitu proses pemikiran melalui gagasan yang disampaikan. Artinya, sebelum membuat sebuah tulisan terlebih dahulu penulis haruslah memiliki gagasan yang akan dituangkan ke dalam tulisan. Gagasan tersebut yang akan dikembangkan dan dijadikan tulisan.
Sementara itu, menurut Syamsudin (1991:2), dalam arti sederhana menulis itu mencoret-coret dengan alat tulis, dan dalam arti sesungguhnya menulis adalah salah satu jenis keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi tidak langsung. Pendapat di atas menunjukan bahwa menulis merupakan salah satu cara dalam melakukan komunikasi dengan orang lain tanpa harus saling berhadapan.
Kuswari (2009:28) mengungkapkan menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan bahkan menulis bisa disebutkan sebagai kegiatan kreatif yang akan mengantarkan siswa menjadi orang yang sukses di bidang karya tulis. Maksud dari pengertian di atas bahwa dengan mempunyai kemampuan menulis dapat membuat sukses apabila dalam tulisan tersebut mempunyai manfaat untuk dibaca.
Alwasilah (2007:5) menyatakan bahwa menulis justru diawali dengan penggunaan bahasa secara ekspresif dan imajinatif seperti lewat catatan harian. Artinya, keterampilan menulis dapat diperoleh dari kebiasaan menulis. Membiasakan menulis berarti melatih diri menggunakan kosa kata dan bahasa kemudian merangkainya, sehingga tercipta kalimat yang baik.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditegaskan, menulis adalah (1) membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, Kapur, dan sebagainya), (2) melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang , membuat surat, dan sebagainnya) dengan tulisan, (3) dengan tulisan menggambar atau melukis (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990:1079).
Menurut Suwija (2012 :7), ''nyurat (menulis) inggih punika pidabdab ngwedar daging pikayun marupa rerambangan (gagasan, ide utawi pendapat) malarapan antuk nyuratang lambang-lambang grafis mangda prasida karesepang antuk sang sané pacang ngawacén". 
Terjemahan :
Menulis (nyurat) adalah cara menyampaikan pokok pikiran yang berupa hayalan (gagasan, ide, atau pendapat) berdasarkan pada tulisan lambang-lambang grafis agar dapat dipahami dan dimengerti oleh pembaca. 

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa menulis adalah keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan manusia sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yang memiliki tahapan dalam proses penulisannya dan menjadikan seseorang mendapat kesuksesan dalam membuat tulisan, proses melukiskan lambang-lambang yang dapat dipahami dan melahirkan pikiran atau gagasan dengan penggunaan bahasa secara ekspresif berdasarkan kreativitas.

Pidato Berbahasa Bali
Dalam buku Mapidarta Basa Bali Alus pengertian pidarta Bali menurut Suwija (2014:8), menjelaskan sebagai berikut :
Pidarta Bali inggih punika daging pikayun sané kawedar ring sang sareng akéh sané matetujon mangda  napi luir sané kabaosang prasida karesepang saha bénjangan prasida kalaksanayang.
Terjemahan:
Pidato Berbahasa Bali adalah penyampaian gagasan atau pikiran yang disampaikan di depan umum dengan tujuan apa yang disampaikan dapat menarik perhatian pendengar (audience) sehingga, apa  yang disampaikan dapat dimengerti, dipahami, dan dilaksanakan. 
 Sangat sejalan dengan pendapat Wisanggeni (2012:67) , menjelaskan pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak yang berupa komunikasi satu arah dan digunakan dalam forum resmi. begitu juga pendapat dari (Maidar dan Mukti 1988:53) pidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran, informasi, atau gagasan dari pembicara kepada khalayak ramai. Dipertegas lagi oleh Badudu dan Shinta (2012:09), pidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain (audience) dengan cara lisan . Pidato juga bisa diartikan sebagai the art of persuasions, yaitu sebagai seni membujuk/mempengaruhi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa berpidato merupakan pembicaraan resmi  yang disampaikan kepada pendengar yang berupa ide atau gagasan, pikiran, informasi, dengan harapan agar hati si pendengar tergerak hatinya dan mengikuti semua kebenaran yang diucapkan pembicara.  
Landasan Teori
Teori merupakan penunjang dalam rangka kebenaran sebuah penelitian. Untuk itu keberadaan sebuah teori peneliti harus benar-benar dipertimbangkan secara cermat agar dapat memerankan fungsinya sebgai penunjang. Adapun teori yang dijadikan alat untuk membedah masalah penelitian ini adalah teori menulis pidato berbahasa Bali.

Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis , melaikan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.  Menulis dipergunakan oleh orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
Menulis digunakan oleh orang terpelajar untuk memcatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi; maksud dan serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat (Morsey, 1976:122).
Kemampuan menulis merupakan perwujudan bentuk komunikasi secara tidak langsung, tidak langsung bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Memang pada kenyataannya menulis merupakan keterampilan yang dapat dikatakan lebih sulit daripada keterampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak, membaca dan berbicara. Dalam proses menulis, dituntut agar memperhatikan struktur yang berkaitan dengan unsur-unsur tulisan agar pembaca dapat memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, penulis harus benar-benar  menggunakan atau memakai struktur sebuah tulisan seperti kata, kalimat, paragraf, dan lain-lain dengan baik. 
Mohamad melalui Darmadi (1996, 11) menyatakan bahwa menulis atau mengarang itu diibaratkan seperti naik sepeda yang harus menjaga keseimbangan. Menulis bisa dianggap mudah apabila seorang sering berlatih menulis dan bisa dianggap sukar bila seorang baru terjun atau berlatih menulis sehingga tidak tahu harus memulai dari apa. 
Menurut Tarigan (2008:2), menulis ialah menurunkan lambang-lambang atau grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga seseorang atau orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menurut Marwoto (1987:12) menulis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mengungkapakan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami oleh orang lain.  Menurut Gie (1992:17) menulis merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. 
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, pengetahuan dan pengalaman-pengalaman hidupnya melalui bahasa tulis yang jelas sehingga pembaca mengerti apa yang dimaksud penulis.

Fungsi Menulis
Secara umum fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Hartig dalam Tarigan (2008:25-26), menyebutkan tujuan penulisan, yaitu penugasan, altruistik, persuasif, informasi, pernyataan diri, kreatif, dan pemecahan masalah. 
Beberapa alasan mengenai pentingnya menulis adalah sebagai sarana menemukan sesuatu, memunculkan ide baru, kemampuan mengorganisasikan dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimilki, membantu untuk menyerap dan memproses informasi, memungkinkan berlatih memecahkan beberapa masalah, dan mengungkapkan diri untuk menjadi aktif dan tidak hanya sebagai penerima informasi (Haiston dalam Darmadi, 1996:3).


Tujuan Menulis
Setiap tulisan mengandung beberapa tujuan. Tetapi dalam kebanyakan tujuan menulis, ada satu tujuan yang menonjol atau dominan dan yang dominan inilah yang memberi nama atas keseluruhan tujuan tersebut (D'Angelo, 1980:25). 
Sehubungan dengan tujuan penulisan, maka dirangkumlah tujuan penulisan sebagai berikut :
Assigment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat).
Altruistic purpose (tujuan altruistik)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, mengindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah "lawan" atau "musuh". tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan suatu tulisan.


Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.
Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
Creative purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi, meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.



Proses Menulis
Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dimana melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pasca penulisan (revisi atau penyempurnaan tulisan) menurut Suparno dan Yunus (2008:1.14).
Tahap prapenulisan
Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, seperti halnya pemanasan (warning up) bagi orang yang berolahraga menurut Suparno dan Yunus (2008:1.14) Dalam fase pratulis terdapat aktifitas yaitu :
Penentuan topik.
Mempertimbangkan maksud dan tujuan menulis.
Memperhatikan sasaran karangan (pembaca).
Mengumpulkan informasi pendukung.
Mengorganisasikan ide dan informasi

Tahap penulisan
Pada tahap pratulis kita telah menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi yang relepan, serta membuat kerangka karangan. Dengan selesainya itu semua, berarti kita telah siap untuk menulis. Kita mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah kita pilih dan kumpulkan 


Tahap pasca penulisan
Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan. Kegiatan terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi) menurut Suparno dan Yunus (2008:1.24).

   Naskah Pidato
Naskah  pidato merupakan bahan tertulis yang siap dikomunikasikan secara lisan. Berlatih menulis setidaknya menjadi pekerjaan yang mengasyikan lebih-lebih jika dilakukan dalam bentuk nyata seperti dalam membuat teks pidato. Umumnya kegiatan menulis berbeda dengan kegiatan mengarang, begitu juga menulis teks pidato merupakan olah rasa dan olah pikir.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pengertian teks pidato yaitu naskah yang mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata yang memberikan penjelasan kepada orang banyak atau disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Dengan demikian teks pidato merupakan pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang diucapkan di depan khalayak. Selain itu Wiyanto (2004:2) mengungkapkan bahwa teks pidato adalah penyampaian gagasan atau informasi kepada orang banyak secara tertulis dengan dengan cara-cara tertentu. Secara umum teks pidato terdiri dari lima bagian, yaitu:
Salam pembuka.
Pendahuluan.
Isi.
Akhir.
Salam penutup.
Penggunaan sapaan  bermanfaat untuk mengajak khalayak agar tetap memperhatikan isi pidato. Selain itu, sapaan berfungsi untuk memberi tahu bahwa topik pembicara telah berganti. Sapaan yang digunakan dalam berpidato harus menghargai dan sesuai tatakrama dan situasi khalayak. Sapaan hendaknya tidak menyinggung perasaan, merendahkan derajat, bersifat rasisme, dan bersifat ejekan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian teks pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata dengan memperhatikan ketentuan bahasa, isi, dan sistematika pidato secara tertulis.

   Jenis-jenis Pidato
Menurut Pateda dan Palubuhu (2003:264), ada beberapa jenis pidato yaitu sebagai berikut :
Pidato propaganda yaitu pidato untuk membalikkan, meyakinkan, mempengaruhi, perasaan, sikap dan pikiran orang atau memasukkan suatu paham kepada pihak lain sehingga orang tersebut merubah pendiriannya.
Pidato agitasi adalah pidato yang menganjurkan, menghasut, akan suatu perbuatan sehingga menimbulkan pergerakan untuk tunjukan kekerasan, atau bisa disebut juga dengan pidato di depan massa dengan tujuan membakar semangat yang berkobar-kobar agar massa dapat ditarik untuk siap digerakkan kepada suatu tindakan atau tujuan kekerasan.
Pidato penerangan adalah pidato yang mengandung penerangan terhadap sesuatu, keadaannya sesuai dengan apa adanya dan tidak menyimpang dari persoalan yang sebenarnya.
Pidato kampanye adalah pidato yang sengaja dilakukan terbuka dan berbentuk masal, untuk menarik hati rakyat pemilih agar menjadi pengikut suatu kontestan pada waktu pemungutan suara diadakan.
Pidato khotbah adalah pidato yang sering digunakan dalam acara-acara keagamaan.
Pidato ilmiah adalah pidato yang disampaikan secara khusus dan mendalam oleh seseorang ahli sesuai dengan bidang keahliannya.
Menurut Suwija (2010:22), ada beberapa jenis pidato bahasa Bali, dimana cara penyampaiannya sama, tetapi isinya berbeda yaitu sebagai berikut :
Dharma Wacana yaitu wejangan-wejangan di depan orang banyak tentang keagamaan.
Sambrama Wacana yaitu suatu sambutan untuk para tamu yang hadir dalam suatu acara.
Darmatula yaitu pembukaan acara rapat atau diskusi.
Widyatula yaitu pidato tentang ilmu pengetahuan.
Dharmasuaka yaitu pidato yang isinya tentang penyampaian sesuatu yang ingin diminta atau diharapkan.  

  Tujuan Pidato
Pidato disampaikan kepada sekelompok orang untuk suatu tujuan tertentu. Setiap pembicara dapat merumuskan tujuan yang ingin dicapainya atau secara tersirat tujuan itu ada pada benaknya. Tujuan sebuah pidato sangat tergantung dari suatu keadaan dan atau apa yang dikehendaki oleh pembicara. Menurut Badudu dan Shinta (2012:21-25), tujuan pidato dapat dibedakan menjadi tiga yaitu (1) informatif (memberitahu), (2) persuasif (mempengaruhi), (3) rekreatif (menghibur).
Informatif (memberitahu)
Pidato informatif adalah pidato yang bersifat memberitahu informasi. Pembicara berusaha menjelaskan suatu masalah sejelas-jelasnya agar pendengar menjaditahu dan paham. Pembicara menyampaikan contoh, perbandingan, dan keterangan yang semuanya itu sangat mendukung penjelasan agar tujuan pidato tercapai.
Persuasif (mempengaruhi)
Pidato persuasif adalah pesan yang disampaikan kepada sekelompok khalayak oleh seorang pembicara yang hadir untuk mempengaruhi pilihan khalayak melalui pengkondisian, penguatan, atau pengubahan tanggapan mereka terhadap gagasan, isu, konsep, atau produk. Upaya persuasif akan berhasil baik bila pesan yang disampaikan memiliki akibat sesuai dengan yang diharapkan.


Rekreatif (menghibur)
Pidato rekreatif adalah pidato yang tujuan utamanya menyenangkan atau menghibur orang lain. Tetapi perlu disadari bahwa dalam kenyataan tiga jenis pidato ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling melengkapi satu sama lain. Perbedaan di antara ketiganya semata-mata hanya terletak pada titik berat (emphasis) tujuan pokok pidato.

   Struktur Naskah Pidato
Menurut Wisageni (2012:77), secara garis besar kerangka pidato dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut :
Pendahuluan atau Pembuka
Pendahuluan atau pembuka bertujuan untuk mempersiapkan pendengar pada pokok permasalahan yang hendak dikemukakan pendahuluan berisi sapaan kepada pendengar, ucapan syukur dan latar belakang masalah.
Isi
Bagian isi berisi gagasan atau materi yang hendak disampaikan.
Penutup
Berisi ra ngkuman, seruan, maupun penegasan kembali. Penutup berupa kesimpulan, saran, dan ucapan terima kasih.
Sangat sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh  (Suwija, 2014:8-9). Struktur pidarta Bali terdiri atas tiga bagian yaitu (1) purwaka/pamahbah, (2) daging pidarta, dan (3) pamuput pidarta :
Purwaka/Pamahbah (Pendahuluan)
Di dalam purwaka/pamahbah (pendahuluan) terdapat bagian-bagiann seperti pangastuti/pangastungkara (salam pembuka), pangayubagia ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa (puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa), dan pasinahan anggan pamidarta (perkenalan diri pembicara).
Daging Pidarta (Isi Pidato)
Sama halnya dengan sebuah karangan, daging pidarta (isi pidato) merupakan uraian mengenai unteng karya (pokok persoalan) atau tema yang telah dipilih oleh pembicara untuk mencapai tujuannya, terutama tujuan khusus pidato.
Pamuput Pidarta (Penutup Pidato)
Di dalam pamuput pidarta (penutup pidato) terdapat bagian-bagian seperti, pacutetan daging bebaosan (menyimpulkan isi pembicaraan), matur suksma ring pamiarsa (mengucapkan terimakasih kepada hadirin), nunas pangampura (meminta maaf kepada para hadirin apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dihati), dan terakhir mengucapkan parama shanty (salam penutup).


  Sistematika Pidato
Menurut Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. (1988:55) secara garis besar sistematika berpidato adalah sebagai berikut :
Mengucapkan salam pembuka dan menyapa hadirin ;
Menyampaikan pendahuluan yang biasanya dilahirkan dalam bentuk ucapan terimakasih, atau ungkapan kegembiraan, atau rasa syukur ;
Menyampaikan isi pidato, yang diucapkan dengan jelas ;
Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar untuk melaksanakan isi pidato ;
Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato, supaya mudah diingat oleh pendengar ;
Menyampaikan salam penutup.

  Anggah-Ungguhing Basa Bali
Menurut Suwija (2010:1-2) basa Bali salah satu bahasa daerah di Indonesia yang mempunyai bangun Sor Singgih. Sor Singgih bahasa Bali disebut Anggah-Ungguhing basa Bali (di berinama menurut rapat besar bahasa Bali pada tahun 1974 di Singaraja). J. Kersten, S.V.D. menyebutkan dengan istilah Warna-Warna Bahasa Bali.
Keberadaan anggah-ungguhing basa di dalam bahasa Bali mengikuti adat Bali, yang sampai sekarang masih digunakan karena adanya pelapisan masyarakat Bali seperti pelapisan masyarakat Bali Purwa (tradisional) dan pelapisan masyarakat Bali Anyar (modern).
Pelapisan masyarakat Bali purwa (tradisional) muncul dari keturunan yaitu adanya Tri Wangsa dan Wangsa Jaba. Yang disebut Tri Wangsa adalah tiga wangsa yang tingkatannya lebih tinggi, seperti : Brahmana, Ksatria, dan Wesia. Sedangkan yang disebut Wangsa Jaba adalah wangsa yang tingkatannya lebih rendah yaitu dari Sudra Wangsa. Selanjutnya dalam pelapisan Bali Anyar (modern), ada Sang Singgih yang disebut pejabat atau priyai seperti : guru wisesa, majikan, direktur, manager, rektor, dosen, guru, lurah, pendeta, dan lain sebagainya. Yang disebut Sang Sor adalah orang yang mempunyai kedudukan lebih rendah, seperti : tukang sapu, sopir, tukang ketik surat, pegawai, buruh, murid, mahasiswa, pembantu dan lain sebagainya.
 Adanya tingkatan-tingkatan bahasa tersebut, dalam menulis pidato berbahasa Bali harus mematuhi aturan dalam anggah-ungguhing basa Bali tersebut. Menurut Suwija (2010:9-14) mengemukakan bahwa Pembagian anggah-ungguhing basa Bali dapat dibagi menjadi empat yaitu : (1) basa kasar, (2) basa andap, (3) basa madia, dan (4) basa alus. 

Basa Kasar
Basa Kasar yaitu bahasa Bali yang nilai rasanya sangat jelek atau kasar, sering dipakai waktu bertengkar dan mencacimaki. Dipakai berbicara oleh orang yang sedang marah, jengkel, dan kesal. Bahasa kasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (a) basa kasar pisan dan (b) basa kasar jabag (Suwija, 2008:21)

Basa Kasar Pisan
Basa kasar pisan adalah tingkatan bahasa Bali yang memang konotasi atau nilai rasa bahasanya benar-benar jelek, bahasa ini umumnya digunakan dalam bertengkar (situasi marah) atau berkata kotor.
Basa Kasar Jabag
Basa kasar jabag adalah tingkatan bahasa Bali yang dianggap tidak sopan dan tidak wajar dipakai dalam percakapan karena salah sasaran, salah atau keliru menggunakan bahasa itu sehingga nilai rasa konotasinya kasar.

Basa Andap
Basa Andap yaitu bahasa Bali yang nilai rasanya biasa, tidak kasar serta tidak halus. Basa andap dipakai  berbicara kepada orang yang kedudukannya sama atau sepadan (sama derajatnya), dan oleh orang yang kedudukannya lebih tinggi kepada orang yang kedudukannya dianggap rendah. Seperti pembicaraan Bapak dengan Ibu, pembicaraan bapak/ibu kepada anak-anaknya, dan pembicaraan kakak dengan adiknya, bapak/ibu guru kepada siswanya, raja dengan patihnya, atasan kepada bawahannya, dan lain-lain. Basa andap merupakan bahasa yang lumbrah pada pergaulan sehari-hari dan palinggampang dipakai dalam berbicara (Suwija, 2008:23)

Basa Madia
Basa Madia yaitu bahasa Bali yang kelihatannya seperti bahasa halus, tetapi nilai rasanya tetap sedang, karena  basa madia berada diantara Basa Alus dan Basa Andap sehingga merupakan bahasa menengah. Basa madia paling banyak ditemukan dalam pembicaraan pengalaman masyarakat Bali. Orang yang berkeinginan berbahasa alus, tetapi tidak mengetahui bagaimana berbahasa alus yang baik dan benar, lalu keluar kata-kata yang termasuk dalam basa madia, seperti seharusnya mengatakan sampun dikatakan ampun, seharusnya mengatakan inggih dikatakan nggih, dan lain-lain. Selain itu basa madia sering digunakan pada orang yang belum saling kenal satu sama lain yang sering mengatakan tiang - jero (Suwija, 2008:24).

Basa Alus
Basa Alus yaitu tingkatan bahasa Bali yang mempunyai nilai rasa sangat halus atau sangat hormat. Umumnya bahasa alus digunakan sebagai alat komunikasi dalam konteks percakapan adat, agama dan pembicaraan resmi terutama dipakai dalam rapat-rapat seminar, pasamuhan atau sarasehan. Menurut tata krama berbahasa Bali, basa alus ini digunakan berbicara untuk orang yang berkedudukan lebih rendah kepada orang yang kedudukannya lebih tinggi atau patut dihormati. Seperti halnya pembicaraan antara bawahan kepada atasan, patih kepada raja, murid kepada guru dan lain sebagainya. Basa alus dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (a) basa alus singgih, (b) basa alus sor, dan (c) basa alus mider (Suwija, 2008:25).
Basa Alus Singgih (ASI)
Basa alus singgih merupakan bahasa Bali yang digunakan menghormati orang yang diajak berbicara atau ketika membicarakan orang lain. Orang yang kastanya lebih rendah atau wangsa sudra berbicara kepada kepada tri wangsa sebaiknya menggunakan basa alus singgih (Suwija, 2008:25). 

Basa Alus Sor (ASO)
Basa alus sor yaitu bahasa Bali yang artinya halus, digunakan untuk merendahkan diri atau merendahkan orang lain  yang kedudukannya  lebih rendah. Siapapun itu ketika berbicara pada situasi resmi sebaiknya merendahkan diri memakai basa Bali sor. Dalam berbahasa alus si pembicara selalu merendahkan diri memakai basa alus sor. Begitu pula tri wangsa yang pada saat berbicara dengan orang banyak akan memakai basa Bali sor (Suwija, 2008:26).

Basa Alus Mider (AMI)
Basa alus mider merupakan bahasa Bali yang nilai rasanya alus, sering digunakan berbicara pada saat rapat, dan berbicara pada orang banyak. Pembicaraan tersebut ditujukan kepada pembicara dan orang yang diajak berbicara. Kata ganti yang dipakai umumnya kata iraga atau druene (Suwija, 2008:27). Meskipun banyak ada tingkatan-tingkatan dalam bahasa Bali penulis disini mengarahkan agar siswa dapat menulis pidato berbahasa Bali dengan basa Bali alus. 
BAB III 
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah uraian tentang prosedur yang ditempuh dalam penyelenggaraan penelitian. (Wendra, 2009: 31) telah menegaskan bahwa prosedur penelitian ini mengacu pada langkah-langkah pokok yang ditempuh oleh peneliti dalam upaya menjawab permasalahan yang dikemukakan. Keberhasilan sebuah penelitian juga tergantung pada metode yang digunakan oleh seorang peneliti. Berkaitan dengan pengertian diatas, dalam metode penelitian ini akan disajikan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian antara lain: (1) Lokasi Penelitian; (2) Waktu Penelitian; (3) Instrumen penelitian; (4) Jenis dan Sumber Data; (5) Metode dan Teknik Pengumpulan Data; (6) Metode dan Teknik Analisis Data; dan (7) Penyajian Hasil Penelitian.

  Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah dimana tempat yang digunakan dalam penelitian (Wendra, 2009:32). Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian yaitu  SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar, tepatnya pada Jalan Cempaka No. 6 Denpasar. Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Sekolah ini dipilih karena peneliti mengajar disekolah tersebut. Sekolah berdiri tahun 2009, di bawah naungan Yayasan Kebaktian Proklamasi Provinsi Bali.  

Khususnya siswa kelas X AK 1 SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar  ini telah mendapatkan materi pelajaran menulis seperti yang tercantum dalam silabus mata pelajaran bahasa Bali di kelas X pada semester ganjil tahun pelajaran 2018-2019, tentang salah satu standar kompetensi yang telah terurai diatas. jadi sangat tepat dan sejalan penelitian dengan judul "meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali  siswa kelas x ak 1 SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar tahun pelajaran 2018-2019" dilakukan dapat memenuhi silabus yang telah berlaku disekolah ini.
Adapun Visi , Misi dan Tujuan SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar seperti dibawah ini :
Visi SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar
Menjadi Sekolah dengan Menghasilkan Lulusan yang Taqwa, Cerdas, Terampil, Kompetitif, Berbudaya dan Patriotik.
Misi SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar
Menyelenggarakan Pendidikan yang didikung Oleh Sarana Prasarana dan Sumber Daya Manusia Profesional. 
Memberikan Pelayanan yang Baik Kepada Warga Sekolah dan Masyarakat. 
Membekali Peserta Didik dengan Berbagai Pengetahuan dan Keterampilan untuk Menjadi lulusan yang berahklak mulia, Profesional dalam bidangnya dan kompetitif
Melaksanakan Cita – Cita para Pejuang Kemerdekaan 45 untuk melahirkan SDM yang Patriotik, Mencintai Negarannya Taat dan setia pada Pancasila, UUD 1945 dan NKRI.

Tujuan SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar
Tersedianya  peserta didik menjadi manusia produktif mampu bekerja   mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri     sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program studi keahlian yang dipilihnya;
Tersedianya peserta didik yang  mampu memilih karier, ulet dan  gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian  yang diminatinya;  
Terciptanya peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi;
Terciptanya peserta didik yang memiliki kompetensi sesuai   dengan  program keahlian yang dipilih serta menumbuhkan semangat jiwa nasionalisme dan sikap serta perilaku inovatif dalam pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi.





  Waktu Penelitian 
Tabel 3.2  Jadwal kegiatan penelitian 
No. Kegiatan Tahun 2013 Tahun 2014
Bulan
Juli September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
1 Persiapan  

Pada tabel kerangka penyusunan penelitian diatas penulis menentukan waktu yang akan digunakan untuk melaksanakan penelitian. Persiapan awal Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2018.

  Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat pada waktu peneliti menggunakan suatu metode (Arikunto, 1996: 136.) Di dalam menerapkan metode penelitian menggunakan instrumen atau alat, agar data yang diperoleh lebih baik.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah berupa tes (tes tulis) tentang kemampuan menulis pidato berbahasa Bali siswa kelas X AK 1 SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar Tahun Pelajaran 2018-2019. Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data dengan tes adalah inventarisasi masalah materi tes.

Inventarisasi Masalah Materi Tes
 Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1996: 138).
Tes yang ditulis dengan berbagai masalah-masalah tentang kemampuan menulis pidato berbahasa Bali, diambil dari beberapa sumber yaitu berasal dari studi kepustakaan yaitu buku pegangan siswa, buku pegangan guru, kurikulum, dan buku-buku lainnya yang berkaitan dengan menulis teks pidato berbahasa Bali.
  Jenis dan Sumber Data 
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa bentuk angka-angka (Arikunto, 2002:239).  Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan kemampuan menulis naskah pidato berbahasa Bali siswa kelas X AK 1 SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar Tahun Pelajaran 2018-2019.



Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2004: 129). Dalam penelitian ini data diperoleh secara langsung dari subyek penelitian. Dengan demikian sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama yaitu seluruh siswa dikelas X AK 1 SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar tahun pelajaran 2018-2019.

Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan  data, ada satu jenis data untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini yaitu data yang menunjukan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali siswa kelas X AK 1 SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar. Agar mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode pengumpulan data. Data tentang kemampuan menulis pidato berbahasa Bali diambil dengan metode tes (tes tulis).
Menurut Nurkancana dan Sunartana (1990:34) metode tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan auatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain dengan nilai standar yang ditetapkan. 
Berkaitan dengan penelitian ini, dalam mengumpulkan data, penulis akan memberikan tes menulis pidato berbahasa Bali seperti tabel dibawah ini :

Tabel 3.5 Jenis Data, Metode Pengumpulan dan Instrumennya
No. Jenis Data Metode Pengumpulan Instrumen
1 Kemampuan Menulis Pidato Barbahasa Bali Tes Tulis Lembaran Tes
Terkumpulnya suatu data dari hasil penelitian selanjutnya dianalis dan diolah secara deskriptif  kuantitatif. Teknik deskriptif kuantitatif merupakan teknik analisis data yang berkaitan dengan angka-angka.

  Metode dan Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan adalah statistik deskriptif yang akan memberikan gambaran terhadap gejala-gejala penelitian dengan rumusan masalah yang diajukan (dwija, 2006: 100). Menurut jenis data yang digunakan, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, sehingga dari data kuantitatif yang berbentuk angka dapat ditarik kesimpulan umum mengenai kemampuan menulis pidato berbahasa Bali pada siswa SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar Tahun Pelajaran 2018-2019.







Tabel 3.6 Format Penilaian Tes Tulis
No. Aspek yang Dinilai Bobot Skor Maksimal Skor Ideal Skor Siswa
1 Kesesuaian membuat kerangka teks pidato dengan topik yang dipilih. 1 2 2
2 Kualitas teks pidato
Isi teks pidato berdasarkan topik yang dipilih 2 4 8
Sistematika teks pidato sesuai dengan kerangka yang dibuat 2 4 8
Penggunaan bahasa mencakup penggunaan kalimat, diksi, dan ejaan 2 4
8
Jumlah 7 14 26

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian
No. Aspek yang Dinilai Skor Kriteria
1 Kesesuaian membuat kerangka teks pidato dengan tema Pendidikan 2


1

 0
Apabila siswa membuat kerangka teks pidato sesuai dengan tema Pendidikan 
Apabila siswa membuat kerangka teks pidato kurang sesuai dengan tema pendidikan.
Apabila siswa tidak membuat kerangka teks pidato dengan tema pendidikan
2 Kualitas teks pidato.
Isi teks pidato berdasarkan topik yang dipilih
4


3


2



1



0
Apabila siswa membuat isi teks pidato berdasarkan topik yang dipilih secara urut, runtut, jelas, dan lengkap.
Apabila siswa membuat isi teks pidato berdasarkan topik yang dipilih secara urut, runtut, jelas tetapi kurang lengkap.
Apabila siswa membuat isi teks pidato berdasarkan topik yang dipilih secara urut, runtut tetapi kurang jelas dan kurang lengkap.
Apabila siswa membuat isi teks pidato berdasarkan topik yang dipilih secara urut tetapi tidak runtut, tidak jelas dan kurang lengkap.
Apabila siswa tidak membuat isi teks pidato berdasarkan topik yang dipilih.

b. Sistematika teks pidato sesuai dengan kerangka yang dibuat
4



3



2




1



0 Apabila siswa membuat sistematika teks pidato secara lengkap mulai dari pembukaan, isi, dan penutup sesuai dengan kerangka yang dibuat.
Apabila siswa membuat sistematika teks pidato mulai dari pembukaan, isi, tetapi tidak menuliskan penutup sesuai dengan kerangka yang dibuat.
 Apabila siswa membuat sistematika teks pidato hanya menuliskan isinya saja tetapi tidak menuliskan pembukaan, dan penutup sesuai dengan kerangka yang dibuat.
Apabila siswa membuat sistematika teks pidato hanya menuliskan pembukaannya saja tetapi tidak menuliskan isi dan penutup sesuai dengan kerangka yang dibuat.
Apabila siswa tidak membuat sistematika teks pidato sesuai dengan kerangka yang dibuat.
c. Penggunaan bahasa mencakup penggunaan kalimat, diksi, dan ejaan 4



3


2


1


0 Apabila tidak terdapat kesalahan penggunaan bahasa berdasarkan kalimatnya, diksinya, dan ejaannya.
Apabila terdapat kesalahan penggunaan bahasa 1-4 berdasarkan kalimatnya, diksinya, dan ejaannya.
Apabila terdapat kesalahan penggunaan bahasa 5-7 berdasarkan kalimatnya, diksinya, dan ejaannya.
Apabila terdapat kesalahan penggunaan bahasa 7-10 berdasarkan kalimatnya, diksinya, dan ejaannya.
Apabila siswa tidak menggunakan bahasa berdasarkan kalimat, diksi, dan ejaan.


  Penyajian Hasil Penelitian
Dalam penyajian hasil penelitian, akan disajikan dengan Metode penyajian hasil analisis penyajian informal dan penyajian formal. Metode penyajian informal adalah pemaparan hasil analisis data yang berupa kata-kata atau uraian biasa tanpa lambang-lambang formal yang sifatnya teknis. Penyajian hasil analisis secara formal adalah perumusan hasil analisis dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang formal dalam bidang linguistik (Sudaryanto,1993: 145). Dan dibantu dengan penyajian matematis sering menggunakan tabel-tabel. Tabel adalah penampilan sistematis hasil pembilangan atau pekerjaan matematis lainnya dalam bentuk kolom-kolom atau lajur-lajur (Waty Soemanto, 1988 :23)  
Penghitungan data yang telah dikumpulkan sesuai dengan rumus penghitungan nilai. Data yang belum diolah tidak dapat digunakan didalam penulisan laporan penelitian. Data diolah sesuai dengan tujuan penelitian yaitu : 
Mengubah skor mentah menjadi skor standar  menggunakan rumus sebagai berikut :
 NA =SHT/SMI  X NI   ( Nurhasan, 1990: 120)
Keterangan :
NA : Nilai Akhir
SHT : Skor Hasil Tes
SMI : Skor Maksimal Ideal (26)
NI   : Nilai Ideal dalam skala (100)
Memperoleh skor hasil tes siswa dibagi dengan skor maksimal ideal terus dikalikan dengan  nilai  ideal dalam skala (100).

Menentukan Ketuntasan Belajar Siswa 
Untuk memperoleh  predikat penguasaan siswa dalam kemampuan menulis pidato berbahasa Bali digunakan pedoman rentang penilaian untuk menentukan nilai kuantitatif. Skor maksimal semua aspek yang dinilai berjumlah 100 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.7 Rentang Penilaian
Rentang Skor Nilai Angka/Huruf Kategori Keterangan
(1) (2) (3) (4)
85-100 A Sangat Baik Tuntas
75-84 B Baik Tuntas
65-74 C Cukup Tidak Tuntas
55-64 D Kurang Tidak Tuntas
0-54 E Sangat Kurang Tidak Tuntas
( Nurhasan, 1990: 120)
Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Bali di SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar adalah 70. Dengan KKM tersebut, jika ada siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 70 maka siswa tersebut dinyatakan tidak tuntas.
Mengelompokkan Kemampuan Siswa
Setelah skor standar dan kriteria di tentukan, selanjutnya kemampuan siswa tersebut dikelompokkan berdasarkan jumlah dan presentasenya. Misalnya beberapa orang siswa yang memperoleh nilai 85 - 100 dengan predikat sangat baik lengkap dengan presentasenya. Beberapa orang siswa yang memperoleh nilai 75 - 84 dikelompokan dengan predikat baik lengkap dengan presentasenya dan seterunya.
Mencari Skor Rata-Rata (mean)
Setelah skor standar masing - masing siswa diketahui maka lngkah berikutnya adalah mencari rata - rata kemampuan siswa dalam kemampuan menulis pidato berbahasa Bali dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
M  =  (∑▒fx)/N      (Nurgiyantoro, Burhan. 2001 : 308)
Keterangan :
M = Nilai rata -rata (mean)
∑ f x = Jumlah nilai (fx)
N = Jumlah siswa
Dengan menentukan skor rata-rata akan diketahui tingkat kemampuan menulis pidato berbahasa Bali siswa kelas X SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar tahun pelajaran 2018 - 2019.







DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti dkk. 1998. Pembinaan kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinepka Cipta.
Arsjad Maidar G. dan Mukti U.S. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Badudu, Rendra dan Shinta Dewi. 2012. Pidato dan MC Biasa. Yogyakarta: Pustaka Cerdas
Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdikbud.1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hidayat, Syamsul. 2007. Intisari Kata Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo.
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Soemanto, Wasty. 1988. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi. Palangka Raya:     PT Bumi Aksara.
Suharsimi, Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sumadi, Suryabrata. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Suparno, dan Yunus Mohamad. 2008. Keterampilan Dasar menulis, Jakarta: Universitas Terbuka.
Suwija, I Nyoman. 2008. Kamus Anggah-Ungguhinh Basa Bali, Denpasar: Pelawa Sari.
Suwija, I Nyoman. 2010. Sari Kuliah Mabaos Basa Bali. Denpasar: Palawa Sari.
Suwija, I Nyoman. 2012 . Pedoman Umum Ejaan Bali Latin. Denpasar.
Suwija, I Nyoman. 2014. Mapidarta Basa Bali Alus. Denpasar : Pelawa Sari.
Tarigan, H. G. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung:  Angkasa.
Wendra, I Nyoman. 2009. Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Wisanggeni, T. 2012.  2 Jam Mahir Menjadi Mc & Berpidato Dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Araska.
Wiyanto, Asul. 2004. Pidato Ceramah dan Diskusi. Gesik: CV Bintang Pelajar. 

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter