Cerpen Gadis Bisu

Gadis Bisu

Oleh : Irma Lestari

Menjadi perbincangan hangat di kalangan ibu-ibu penikmat gosip murahan. Kabar kehamilan gadis bisu mencuat sampai ke penjuru desa, semua orang membahas hal yang sama. Dengan siapa dia melakukan hal sekeji itu? 

Kepulangan dari desa sebelah bukan disambut dengan baik malah menjadi hinaan. Sungguh malang nasibnya, ia tersorot sebagai gadis rendahan dan kotor. 

Een gadis yang mempunyai keterbatasan dalam berbicara sejak kecil, umurnya menginjak dua puluh tahun. Dia terlahir dari keluarga tidak mampu, dan tinggal bersama sang nenek. Setelah ibunya menikah lagi dengan pria asal kota dan membawa anak bungsunya.

Cerpen Gadis Bisu

Beberapa minggu lalu Een kembali dari desa sebelah, setelah lima bulan lamanya. Alasan dia meninggalkan Karsih sang nenek, karena bekerja bersama bibinya sebagai buruh tani. Hidup yang tak berkecukupan memaksa untuk mencari penghasilan yang lebih baik, walau ia harus bekerja lebih ekstra dari biasa seorang perempuan.

Kemiskinan pula yang menjadi tuduhan para tetangga, mereka beranggapan Een menjual kehormatan demi uang. Gadis itu pulang dengan perut buncit, dan membawa banyak uang. Ceu Eruk yang berbicara seperti itu, kemarin ma Karsih membayar semua hutangnya. Tambahlah kecurigaan mereka terhadap Een.

Karsih sering mendengar beberapa orang bertanya tentang kehamilan sang cucu. seperti yang dilakukan Atis saat berpapasan di jalan. "Ma, emangnya bener si Een hamil?" tanyanya to the point. 

Karsih merasa dipojokkan dengan pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya. Seminggu belakangan ini setelah mendengar pertanyaan para tetangga, dia mulai memperhatikan bentuk tubuh Een, perutnya buncit, dan lebih berisi. Apa mungkin Een memang tengah bertubuh dua? Tapi, siapa yang melakukan hal tidak senonoh padanya?

"Tahu dari mana kamu, Tis?" Ma Karsih membetulkan sarungnya yang longgar. 

"Atis denger dari tetangga, Ma," jawab Atis apa adanya.

"Tis, Ma mohon. Kamu jaga rahasia yah, jangan sampai orang-orang pada tahu." 

"Ah, Ema mah telat, satu desa juga sudah pada tahu si Een hamil tanpa suami." 

Atis menenteng kembali tas belanjaannya, setelah tadi ia simpan karena berbicara dengan ma Karsih. 

"Ya udah Ma, Atis duluan, ya," pamitnya berlalu pergi.

Karsih masih bergeming di tempat, ucapan Atis terngiang di telinganya. Satu desa sudah tahu kalau Een hamil tanpa suami, bagaimana nasib gadis itu nanti? Ia akan merasa malu dan terhina. 

'Ya Tuhan kutukan apalagi yang Kau berikan pada cucuku,' batinnya.

°°°

Diambilnya ball point dan buku oleh  Karsih setelah berada di rumah, ia menyodorkan alat tulis itu pada Een. Sedang Een menerimanya walau tak mengerti.

"Neng, sekarang jawab jujur, yah," ucap Karsih. "Siapa yang udah lakuin itu sama, Eneng?" lanjutnya.

Een mengerti apa yang emanya katakan, pertanyaan yang sudah ia perkirakan akan keluar dari mulut Karsih. Namun tidak secepat ini, apa kabar tentang dirinya sudah banyak yang membicarakan? Gadis itu mulai mengayuh penanya mengisikan jawaban dalam setiap kalimatnya. 

"Ma, Een gak tahu 

siapa yang udah lakuin ini sama Een." 

Een menunjukkan buku pada Karsih. 

"Neng, ayo jujur sama Ema. Kamu gak usah takut, emangnya kamu mau nanti anakmu lahir tanpa bapak?"

"Een beneran gak tahu Ma, 

saat itu Een ditarik paksa 

dan keadaan sangat gelap." 

Kembali ia membalikkan buku pada Karsih. 


Karsih mengembuskan napas kasar 

setelah membaca jawaban Een, 

ia memutar otak agar tahu 

siapa sebenarnya yang berani 

mengotori cucunya. Nenek mana yang tak iba mendapati cucunya hamil tanpa suami. 

°°°

"Pak RT, saya mohon bantuannya. Tolong laporkan masalah ini pada polisi!" 

Karsih memasang ekspresi memelas, 

dengan tangan ia tangkupkan di depan dada. 

Pria berkumis tipis itu, hanya memainkan jemarinya di dagu botak tanpa janggut. 

"Pak, Anjeun juga punya seorang putri. Bagaimana jika kejadian ini menimpa Putri Bapak?" 

Karsih terus saja mencari alasan 

untuk membuat Samid membantu dirinya.

Samid yang menjabat sebagai RT sejak satu tahun lalu, merasa tertegun dengan penuturan Karsih. Pernyataannya sungguh melelehkan hati Samid yang telah lama beku. Samid selalu memandang sebelah mata, ia tak akan membantu orang yang dianggapnya rendah, tapi mungkin tidak untuk Karsih. 

Ucapan Karsih benar, bagaimana jika Putri sulungnya berada di posisi yang sama seperti Een? "Baiklah saya akan membantu," putus Samid.

Karsih menarik kedua sudut bibirnya menjadi sebuah lengkungan, air mata menetes di pipi keriput miliknya. Ia tak menyangka Samid akan membantu dirinya, ini adalah sebuah keajaiban. 

"Terima kasih, Pak," ucap Karsih, yang dibalas anggukan oleh Samid. 

°°°

Setelah Een menuliskan keterangan tentang kasusnya, ia merasa lega karena ada orang yang akan mencari pelaku pemerkosaan terhadapnya. Polisi yang menangani kasus tersebut, membaca setiap kata yang ditulis Een. 

Dia bertanya tentang banyak hal, mulai dari siapa saja lelaki yang sempat ia temui? Dengan siapa dia serumah? dan yang lainnya. Akhirnya polisi menemukan dua tersangka, yang mungkin salah satu dari mereka adalah pelaku.

Tidak menunggu waktu lama, polisi sudah menyeret kedua pelaku tersebut. Pelaku pertama bernama Ade, menurut keterangan Een, dia pernah menginap di rumahnya untuk menemani Salsih adik perempuan Ade. 

Pelaku kedua adalah Saji, dia pernah menaruh suka pada Een, sebelum mengetahui kekurangan yang dimilikinya. Saji pernah mengajak Een berkencan, tapi tidak pernah diindahkan oleh gadis itu.

Saat itu juga Saji dibebaskan, karena terbukti tidak bersalah. Sedang Ade masih ditahan, dan dipaksa untuk jujur atas apa yang dilakukan.

"Saya berani bersumpah demi Allah, 

tidak pernah melakukan hal sekotor itu." 

Ade menatap para polisi, yang sedari tadi memintanya mengaku. 

"Jika bukan kamu lantas siapa lagi? 

Dia ...." 

Polisi berkumis tebal itu menunjuk Een. 

"Hanya menginap di rumahmu!" 

"Kalian semua memfitnah saya, 

jika saya terbukti tidak bersalah. Saya berjanji akan mengutuk kalian semua!"

Plak ...

Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Ade, membuat sang empunya terhuyung ke belakang. Een menangis menyaksikan drama perdebatan antara polisi dengan Ade, sedang Karsih membantu pria itu untuk berdiri tegak. 

"Berani sekali Anda menampar saya," 

"Saya berani karena Anda salah!"

"Bukti kalian tidak kuat. Coba kalian tanya si Een, waktu dia di rumah saya, dengan siapa saja?!" 

Ade naik pitam, 

dia sudah tersulut emosi.

Polisi itu beralih menatap Een, dan bertanya. 

"Siapa saja yang ada di rumah itu 

waktu kamu berada di sana?" 

Dengan tangis yang menggenang di pelupuk mata, ia menulis beberapa kata. 

"Aku dan Salsih."

"Benar begitu?" selidik polisi tersebut. 

"Dengar, Salsih meminta si Een 

untuk menemaninya,

karena saya harus pergi 

ke bandara menjemput istri. 

Otomatis di rumah cuma ada si Een dan Salsih." Een mengangguk mengiyakan perkataan Ade. 

Semua yang berada di sana terdiam dengan jawaban yang mengejutkan dari Ade. Polisi yang tadi menampar, meminta maaf pada Ade. Ia menyesal telah berlaku demikian, dan membebaskan Ade. 

Lalu siapa pelaku dari kasus Een? Mereka kembali menebak-nebak siapa orangnya. Pak RT yang mendampingi warganya itu, berpesan jangan sampai kejadian beberapa menit lalu terulang kembali. Mereka harus mencari bukti yang kuat terlebih dahulu sebelum menuduh orang. 

Sementara di tempat lain, pemuda bertato dengan botol di tangan. Tengah tertawa terbahak-bahak, mendengar berita bahwa Ade menjadi tersangka atas kasus yang ia lakukan. Pria itu bergumam. 

"Gua yang berbuat 

orang lain yang tertangkap." 

Selesai

Link Dana Kaget

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter