MAKNA PENGGUNAAN UDENG (DESTAR) DALAM TRADISI HINDU DI BALI.

MAKNA PENGGUNAAN UDENG (DESTAR) DALAM TRADISI HINDU DI BALI.



Om, Swastiastu, Om.

Dalam aktifitas masyarakat Hindu di Bali tentu penggunaan Udeng merupakan salah satu ciri khas yang digunakan oleh para laki - laki. Udeng adalah sehelai kain yang biasanya diikatkan di kepala laki – laki dengan bentuk dan corak berwarna – warni (putih,hitam,merah,batik dll).

PHDI Bali (Parisadha Hindu Darma Indonesia) menetapkan udeng untuk ke pura haruslah berwarna putih agar menciptakan kesan kejernihan pikiran dan kedamaian pikiran. untuk berkabung berwarna hitam, dan untuk kegiatan sosial lainnya berwarna batik atau selain hitam/putih.


Makna Penggunaan Udeng.

Udeng memiliki simbol sebagai “ngiket manah” (memusatkan pikiran) yang merupakan sumber penggerak panca indera.Tiap - tiap lekukan udeng memiliki makna, yaitu :


- Lekuk dikanan lebih tinggi daripada dikiri berarti hendaknya kita lebih banyak melakukan hal yang baik (dharma) dari pada berbuat buruk (adharma)

- Ikatan ditengah – tengah kening bermakna memusatkan pikiran kita.

- Ujung keatas melambangkan Pemikiran Lurus keatas untuk memuja Tuhan Yang Maha Esa.

Udeng sebagai kelengkapan busana adat bali dan sembahyang, udeng memiliki simbol Ketuhanan orang Bali yang menyatukan Tri Murti dalam simpul “nunggal”, 


- Tarikan ujung kain kanan melambangkan Wisnu, 

- Tarikan ujung kain kiri melambangkan Brahma, 

- Ujung kain diatas yang ditarik kebawah melambangkan Siwa, 


Artinya orang bali men-Tuhan kan Tri Murti sebagai satu kesatuan yang utuh dalam perlambang udeng yang digunakan. Dengan menggunakan udeng secara garis besarnya disebutkan hendaknyalah kita selalu berbuat yang baik sehingga nantinya kita dapat bersatu dengan-Nya (Moksa)


Jenis - Jenis Udeng : 

Udeng dalam makna pakaian adat ke pura disebutkan secara umum dibagi tiga yakni:


1. Udeng jejateran (udeng untuk persembahyangan) menggunakan simpul hidup di depan, disela - sela alis mata, sebagai lambang cundamani atau mata ketiga.

2. Udeng dara kepak, masih ada bebidakan tetapi ada tambahan penutup kepala yang berarti symbol pemimpin yang selalu melindungi masyarakatnya dan pemusatan kecerdasan.

3. Udeng beblatukan (dipakai oleh pemangku) tidak ada bebidakan, hanya ada penutup kepala dan simpulnya di belakang dengan diikat kebawah sebagai symbol lebih mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.


Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om

Semoga bermanfaat.


Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter