Cerpen - Terjadinya Hujan

Terjadinya Hujan
Setiap elemen yang berada di dunia ini yaitu, air, angin, api dan tanah memiliki penjaganya masing-masing. Diantaranya adalah, Aira sang penjaga air dan Fusha sang penjaga api.
Konon pada zaman dahulu kala, Fusha sang penjaga api sedang mencari kayu bakar. Hari itu Fusha mencari kayu bakar di hutan bakau. Hingga tanpa disadari ia ke luar dari hutan bakau menuju suatu danau.
Di tengah pencariannya, tiba-tiba terdengar suara wanita. “Hai, kamu yang berada di sana sedang apa?” Wanita itu menyahut pria yang sedang mencari kayu bakar tersebut.
Sahutan itu membuat syaraf Fusha bereaksi untuk menoleh ke sumber suara. Di depan mata Fusha sekarang terlihat sesosok wanita cantik, berambut lurus dan panjang, memakai gaun polos berwarna putih kebiru-biruan. Disaat itulah pertama kalinya penjaga api dan penjaga air saling bertemu.
“Saya sedang mencari kayu bakar untuk apiku,” balas Fusha.
“Api?” wanita itu sedikit bingung. Seolah tersihir dengan kecantikannya memaksakan
Fusha memperkenalkan dirinya, “Perkenalkan nama saya Fusha, sang penjaga api.” Fusha melanjutkan, “Api melambangkan semangat dan keberanian. Kayu bakar diperlukan agar menjaga api tetap ada.”
“Oh jadi begitu, perkenalkan nama saya Aira, saya adalah penjaga air. Air merupakan simbol ketenangan dan kedamaian.” Aira memperkenalkan dirinya.
Setelah Fusha sudah cukup untuk mengumpulkan kayu bakar yang ia perlukan. Fusha pulang ke tempat asalnya. Mereka belum menyadari bahwa mereka saling mencintai sejak pandangan pertama.

Keesokan harinya Fusha masih penasaran dengan sesosok penjaga air yang kemarin ia temui. Hasrat ingin mengenal Aira lebih jauh membuat Fusha mencari kayu bakar di tempat yang sama, berharap dapat menemui penjaga air itu lagi. Sesampainya disana, Fusha pun melihat Aira sudah menunggu di tepi danau tersebut. Begitupula keesokan harinya, mereka bertemu lagi. Dengan senang hati Aira membantu mencarikan kayu bakar bersama Fusha.
Begitu seterusnya dengan alasan yang sama, mencari kayu bakar. Hingga suatu hari Fusha bertemu dengan Aira tanpa ada alasan apapun, hanya ingin menemuinya saja. Disaat itu juga mereka berdua menyadari bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Akan tetapi, jari Fusha padam dan jari Aira menguap ketika mereka hendak berpegangan tangan.
Setelah kejadian itu, mereka menyadari sesuatu lagi. Walaupun mereka saling mencintai, mereka tidak akan bisa bersatu. Jika dipaksakan, mereka berdua akan sama-sama lenyap dari dunia ini. Sungguh sangat menyedihkan bagi mereka berdua.
“Apalah arti cinta jika kita tidak bisa bersama!” Ucap Fusha kecewa, “Dunia ini tidak adil!”
Mendengar hal itu Aira berusaha menenangkan Fusha, “Aku pun sedih kita tidak bisa bersama. Tetapi tenangkan dirimu Fusha.”
“Ah, aku akan membakar dunia ini!” Ucap Fusha sambil pergi meninggalkan Aira.
“Tunggu Fusha.” Aira berusaha menahan Fusha, tetapi tidak bisa.
Fusha membakar bagian demi bagian dunia ini. Dunia sebagian menjadi kering karena tindakan Fusha. Melihat kekeringan yang disebabkan oleh kekasihnya, Aira pun tidak tahan lagi lalu menangis.
Tangisan Aira lah yang sekarang disebut dengan hujan. Tindakan Fusha disebut proses penguapan. Sehingga tindakan Fusha dan tangisan Aira disebut dengan siklus hujan. Hingga saat ini pun Fusha masih belum menyadari dan mengerti bahwa cinta itu sesungguhnya tidak harus memiliki.


Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter