Kapan Waktu yang Tepat untuk Berinvestasi?

ilustrasi


timurpost.id — Memasuki pertengahan kuartal I di 2021, belum ada tanda-tanda pandemi Covid-19 akan selesai. Di lain pihak, banyak pendapat yang mengatakan bahwa 2021 akan menjadi tahun pemulihan ekonomi dan perdagangan.


Sangat kontradiktif. Lalu, di tengah kondisi seperti itu, apakah sekarang saatnya untuk diversifikasi investasi atau memindahkan sebagian dana investasi ke reksa dana saham?


Untuk mengetahuinya, simak penjelasan Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI):


2021, Tahun Pemulihan


Sejak kuartal IV 2020, mulai terjadi perbaikan ekonomi global secara gradual, ditopang oleh pertumbuhan di negara-negara berkembang di kawasan Asia.


Pemulihan ekonomi dan perdagangan yang terjadi di 2021 akan ditopang oleh ketersediaan vaksin dan normalisasi aktivitas ekonomi. Selain itu, kebijakan yang akomodatif juga akan berperan penting; seperti suku bunga rendah, quantitative easing, dan stimulus fiskal yang masih akan berlanjut di tahun ini.


Potensi unggulnya perekonomian negara-negara berkembang membuat arus dana mengalir ke Asia, termasuk juga Indonesia, yang menawarkan potensi kinerja menarik.


Pergeseran sentimen ke negara berkembang juga akan didorong rendahnya porsi kepemilikan asing di negara berkembang.


2021, Volatilitas Tetap Ada


Volatilitas masih akan tetap terjadi di 2021. Dinamika dan sentimen pasar, baik yang positif maupun negatif, akan selalu ada.


Contohnya saja, setelah meroket tajam di Desember 2020, di sepanjang bulan Januari lalu IHSG justru ditutup melemah sebesar -1,95 persen hingga menyentuh level 5.862,35. Namun pergerakan pasar dapat dilihat dari dua sisi, sebagai penghalang atau peluang.


Sebagai investor, kita harus melihat fundamental jangka menengah panjang, bukan hanya dinamika jangka pendek. Mari kita fokus pada fakta-fakta dan katalis yang ada, setidaknya untuk kuartal pertama tahun ini.


Pertama, valuasi pasar saham Indonesia masih relatif murah dibandingkan kawasan lain seperti Filipina atau Thailand.


Kedua, kepemilikan asing di pasar saham Indonesia masih berada di salah satu level yang terendah sejak 2013.


Ketiga, pemulihan pertumbuhan ekonomi mendorong pertumbuhan earnings perusahaan-perusahaan di Indonesia.


 

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter