Tantrum (atau tantrum temper) adalah ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan dan, dalam beberapa kasus, kekerasan. Kendali fisik bisa hilang, orang tersebut mungkin tidak dapat tetap diam, dan bahkan jika "tujuan" orang tersebut dipenuhi dia mungkin tetap tidak tenang. (sumber Wikipedia).
Balita sedang mempelajari emosi layak orang dewasa, tapi masih belum bisa berbicara lancar. Alhasil mereka pun berekspresi dengan menangis, menjerit, guling-guling di lantai. Pokoknya rame.
Kita sebagai ibu tentu saja risau bin galau menghadapi anak dengan mood sering berubah. Kadang kala kita pun bisa kelepasan mengatur emosi dengan teriakan atau melakukan kontak fisik misalnya mencubit.
Balita semakin dimarahin atau dicubit maka tantrumnya semakin parah. Saya pun sekali kelepasan juga mencubit Deika karena caper (cari perhatian) tapi maknya masih sibuk di dapur.
Ekspresi kali pertama dicubit yaitu kaget, jalan mundur perlahan, nangis sekencangnya, dan berakhir menunduk tidak berani menatap wajah maknya cantik ini. Pede. 😅
Rasanya menyesal telah menyubit anak manis ini. Langsung gendong, peluk, cium, sambil membelai tangan terkena cubitan. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi.
Parahnya lagi kalau Deika tantrum pas lagi datang bulan. Lah hubungannya apa coba? Kalau lagi haid otomatis mood juga ikut goyang karena menahan nyerinya peluruhan penebalan dinding rahim dan ditambah suara tangisan dan rengekan anak tercinta. Rasanya tu nano-nano.
Saran saya kalau lagi mood swing dan kebetulan balita tantrum. Pertama diamkan saja dia merengek hingga berhenti sendiri, lalu peluk dan cium sambil mengatakan "anak pandai bisa berhenti nangis sendiri"
Kedua, minta bantuan bapak or my honey or bapake untuk turut andil menenangkan si kecil. Dijamin mood kita juga ikutan naik alias membaik.
Ketiga, kalau saya marah-marah karena hal sepele. Saya limpahkan kemarahan ke bapake. Puas melampiaskan unek-unek rasanya lega. Eh, sebenarnya yang tantrum itu balita apa maknya 😅 (saran ketiga mohon diskip).
Kembali ke waktu sekarang. Adik Deika mulai memasuki mode tantrum, udah mau usia toodler rupanya.
Tantrumnya bisa dilacak karena udah tahu tingkah polahnya gimana. Pertama, ketika nangis usahakan jangan didiemin. Kebalikan dari Deika aku diemin dulu baru kasih perhatian.
Kedua gendong, kekuatan super menggendong dan pelukan terbukti ampuh meredakan ledakan emosi si toodler ini. Udah tahu ilmu gendong jadi gak khawatir gendong berjam-jam pegel atau capek.
Ketiga, udah tuh mulai ceria lagi dan beri pujian dan tentunya camilan favoritnya. Aman dunia balita, hehehe....
Serba-serbi tantrum beda cara perlakuan karena masing-masing anak ada keunikannya sendiri. Tinggal orangtua cermat mengamati dan belajar tenang ketika anak sedang tantrum.
Posting Komentar
Posting Komentar