Flashback Operasi Sesar Sebanyak Dua Kali


Assalamualaikum pembaca setia daily blog Emak Deika. Jangan bosan yah baca opini artikel pengalaman aku selama berumah tangga. Aku sudah menikah lima tahun silam dan dikaruniai dua anak putri dan putra. Anak pertama Dewi Kartika Kesuma (Deika) dan kedua Dewa Nada Kesuma (Dewa).

Pasti pembaca bertanya, kok yang pertama gak dipanggil Dewi? Jadi gini guys, nama panggilan Dewi kan udah mainstream di mana-mana biasa saja. Jadi dipanggil dengan Deika (DE)w(I) (KA)rtika. Begitu bund.

Flashback dengan anak pertama. Sambil mengingat-ingat kembali soalnya agak lupa detailnya. Hamil pertama Deika.

Pukul sembilan pagi biasa kontrol KIA, mengajukan keluhan seputar kehamilan. Dicek belum ada pembukaan, hamil pertama besar. Prediksi si dede udah berat lebih 3 kg. Tinggiku hanya 144 cm dengan panggul kecil kemungkinan kecil bisa melahirkan normal.

Bu bidan pun merujuk ke RSIA Asih Sepinggan untuk tindakan USG dan lahiran. Sempat dimarahi sama bidan senior kenapa bisa besar dengan tinggiku tidak memadai. Akupun tersenyum kecut. Membayangkan bagaimana proses operasi sesar nanti.

Dengan perut dibelah, bius pun hanya setengah badan. Proses operasi dalam keadaan sadar. Ya Allah, aku mengharapkan persalinan lancar dan normal tapi meleset jauh jadi sesar. Sudah ikhtiar dengan jaga asupan makan tidak banyak, tapi tetap saja si dede tumbuh besar di luar perkiraan.

Takut? Jelas takut. Ibu mana yang tidak takut dengan sesar. Beberapa testimoni yg pernah sesar, rasa sakit bekas sesar lebih lama daripada normal. 

Proses sesar step by step, dihayatin ya bund biar sama-sama ngerasa ngilunya.

Operasi besar. Tujuh lapis jaringan dibuka dan ibu diharapkan tetap berbaring dan puasa selama enam jam, setelah itu harus bertanggung jawab atas bayi yang harus disusui. Belum lagi kontraksi rahim yang intens.

Pertama dimulai dengan tusukan infus, ini tentu sakit jarum dimasukin tangan. Kedua, yang paling memalukan lagi saat perawat mencukur bulu dikemaluan.

Ketiga, dipasang selang pipis, rasanya bukan main. Mengganjal, ngilu, nyeri. Baju dilepas semua dan cuma pakai pakaian operasi. Dan tentu saja ada bagian tubuh yang biasanya nggak mau diliat orang lain. Ini tentu saja dilihat oleh paramedis.

Keempat, masuk ke ruang operasi yang super dingin. Terdengar jelas gemerincing alat-alat operasi. Disaat yang bersamaan menahan nyeri ketika kontraksi, dipaksa harus meringkuk hendak disuntik bius di punggung. Bayangin ya bun, perut besar sedang berkontraksi lalu disuruh menunduk.

Untungnya dipasang pelindung tirai di atas perut. Jadi nggak terlihat, 'mereka' mau ngapain diarea sensitif. Bahkan saat perut mulai dibelah.

Nah ini detik-detik menegangkan, rasanya kayak ditindih. Perut bagian atas di dorong. Ini si jabang bayi dikeluarkan.

Penderitaan belumlah berakhir. Reaksi bius masih menjalar setengah badan. Badan menggigil dingin menusuk tulang. Hampir tiga jam baru bisa normal.

Saat badan masih terkulai, rasanya pengen liat si baby. Yang ternyata dia ada di kamar baby sedang diobservasi dokter anak. Seperti ibu pada umumnya, ingin segera menyusui. Beruntung asi keluar selang dua hari pasca operasi.

Jangankan duduk, berbaring saja nyerinya jangan ditanya. Itu pun dipaksa harus bisa miring kanan miring kiri. Belum lagi batuk mendera. Membayangkan lagi batuk, perut masih hangat dengan jahitan.

Lepas selang bukan berarti langsung gesit. Jalan perlahan ke kamar mandi. Pasca lahiran tak sebugar ibu-ibu yang melahirkan normal. Mandi pun berhati-hati supaya jahitan tidak kena air. Mau gendong si kecil juga belum berani.

Untuk lahiran kedua, juga dengan operasi sesar. Kenapa gak coba pake metode VBAC (vaginal birth after caesarean)?

Mari kita kenalan dulu apa itu VBAC. Menurut situs Hello Sehat, VBAC adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses persalinan normal setelah pernah menjalani operasi caesar atau c-section.

Prosedur melahirkan normal memang tidak bisa dilakukan oleh setiap ibu hamil yang pernah sesar karena butuh berbagai pertimbangan.

Pertimbangan saat lahiran pertama ialah tulang panggul berukuran cukup kecil. Jadi tidak memungkinkan melahirkan lewat vagina.

Problem pasca kelahiran kedua berbagai macam. Entah berapa kali bolak balik kontrol ke bidan untuk melihat jahitan sesar. Sebelumnya, Deika dulu sekali kontrol juga di bidan RS Pemda udah aman dan kering.

Problemnya ada aja. Apa dari dokternya kali jahitannya kurang mantul atau kurang kuat entahlah gak ngerti lagi. Kata bidannya jahitan ini lepas satu jadi ya gitu.

Saat ini usia si kakak hampir genap empat tahun dan si adik genap setahun. Hari-hari berat dijalanin bersama suami penuh dengan tanjakan dan turunan, hehe.

Kubersyukur masih diberi nikmat sehat hingga kini. Mungkin bunda bertanya. Apakah bekas sayatan sesar masih nyeri sampai sekarang?

Jawabannya, iya masih. Apalagi dokter memang melarang mengangkat barang berat dulu. Namanya ya mamak strong kalau suami gak ada ketika kerja, sama siapa yang bisa dimintain tolong macam angkat galon, cucian, dll.

Hingga tulisan ini diterbitkan. Masih tampak kemerahan di sekitar jahitan dan berair. Its oke masih normal itu reaksi infeksi ringan. Kadangkala tangan secara gak sengaja menggaruk nah itu juga yang bikin nyeri kambuhan.

Kalau sudah begitu dibersihkan saja dengan sabun dan air. Perih sih daripada nanti terkena infeksi lanjutan bisa berabe 'ntar. Hahaha..

Yak gitu dulu cerita bahas perut dibelek. Jangan takut kalau sudah dibilang dokter operasi. Ikutin saja alurnya. Toh, selama ada indikasi darurat pendanaan dengan BPJS bisa diklaim.

Jangan lupa silaturahmi diberbagai sosmed.
✅ Facebook: Tria Wardhani
✅ Instagram: @triawardhani
✅ TikTok: @emaknyedeika

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter